
https://ligapedianews.com/ Ibukota Indonesia – Bagi sebagian orang, mendengar irama Britpop seolah menjadi pintu masuk ke di kenangan masa-masa membantu pasukan sepak bola kesayangan. Tidak berlebihan rasanya apabila genre musik dengan syarat Britania Raya ini seakan melekat erat dengan kultur sepak bola Inggris, bahkan Eropa secara umum. Fenomena ini tentu bukan hadir begitu saja, tetapi bertambah melalui sejarah panjang interaksi antara musik, olahraga, hingga gaya hidup penikmatnya.
Britpop mencapai puncak kejayaan pada dekade 1990-an melalui nama-nama besar seperti Oasis, Blur, hingga Pulp. Tiga band ini bukanlah semata-mata mempengaruhi arah musik populer pada masa itu, tetapi juga merefleksikan semangat kelas pekerja yang tersebut menjadi tulang punggung pendukung sepak bola di area Inggris. Lagu-lagu dengan lirik lugas, narasi keberadaan sehari-hari, hingga kritik sosial menjadikan Britpop seolah menjadi “soundtrack” keberadaan pada tribun stadion.
Lagu legendaris ‘Three Lions (Football’s Coming Home)’, misalnya, menjadi salah satu contoh betapa eratnya Britpop dengan atmosfer sepak bola. Meski liriknya ditulis dua komedian David Baddiel lalu Frank Skinner, musiknya digarap The Lightning Seeds—band Britpop kenamaan yang tersebut membawakan nuansa anthemik pada lagu tersebut. Lagu ini terus-menerus menggema pada stadion setiap kali pasukan nasional Inggris berlaga di tempat turnamen internasional.
Tak berhenti pada situ, emosi kebebasan sekaligus sedikit "kenakalan" Britpop juga selaras dengan gaya hidup fans sepak bola. Lihat belaka Oasis, dengan Liam Gallagher yang dimaksud dikenal sebagai pendukung fanatik Manchester City, sehingga berhasil melambangkan gaya hidup santai nan nyentrik terhadap entitas tersebut. Lagu ‘Cigarettes and Alcohol’ secara terang-terangan merayakan budaya minum, merokok, hingga kebebasan hidup, sesuatu yang digunakan kerap ditemui dalam tribun stadion, khususnya di dalam liga-liga kasta bawah Inggris.
Tak semata-mata Oasis, Blur pun yang digunakan dikenal erat hubungannya dengan klub Chelsea mengakibatkan identitas lokal London melalui album dan juga liriknya. Lagu ‘Parklife’, misalnya, dianggap sebagai potret kelas pekerja perkotaan—kelompok yang digunakan menjadi mayoritas di dalam tribun penonton. Sementara itu, Pulp melalui ‘Common People’ menyoroti perbedaan kelas dengan cara sarkastik namun jujur, lagi-lagi selaras dengan semangat pendukung sepak bola yang digunakan umumnya berkembang dari komunitas pekerja.
Fenomena saling mengisi antara musik serta sepak bola juga ditandai dengan penyelenggaraan lagu Britpop di tempat stadion. ‘Bittersweet Symphony’ dari The Verve sempat menjadi lagu pengantar pertandingan timnas Inggris melalui siaran ITV. Lagu-lagu The Stone Roses bahkan hingga sekarang masih diputar dalam Old Trafford, markas Manchester United, setiap kali laga kandang digelar.
Selain tentang musik, pengaruh Britpop merasuk ke ranah fesyen pendukung sepak bola. Gaya ‘Mod’ dan juga ‘Casual’ dengan ciri khas kaos Fred Perry, jaket Harrington, sepatu Adidas klasik, hingga syal Burberry menjadi seragam tak resmi bagi para penikmat sepak bola, khususnya di dalam tribun Championship hingga non-liga. Hal ini tidak ada lepas dari penampilan para musisi Britpop yang tersebut kerap mengenakan atribut serupa, termasuk jersey klub lokal sebagai simbol kebanggaan daerah.
Tak mengherankan, ketika Manchester City meluncurkan jersey keempat yang dimaksud didesain dengan Noel Gallagher, salah satu pentolan Oasis, masyarakat pun dengan segera mengaitkan hal ini dengan warisan panjang Britpop pada kultur sepak bola. Pun ketika Damon Albarn dari Blur melalui Gorillaz terlibat di peluncuran kit Chelsea pada 2017, aroma Britpop seolah tiada pernah benar-benar hilang dari lapangan hijau.
Fenomena ini seolah menegaskan satu hal: Britpop serta sepak bola di area Inggris bertambah dengan sebagai simbol ekspresi kelas pekerja. Musik menghidupkan semangat tribun, tribun membalas dengan mendirikan loyalitas lintas generasi. Meski masa keemasan Britpop telah dilakukan lama berlalu, pengaruhnya tetap memperlihatkan terasa. Dan dengan kabar reuni Oasis yang tersebut kembali mengguncang publik, hubungan erat antara Britpop, sepak bola, kemudian fesyen nampaknya masih akan terus bergema pada stadion-stadion Inggris. Hal ini menjadi sebuah pengingat bahwa musik, olahraga, lalu identitas kerap berhubungan erat, demikian merangkum dari beberapa sumber.
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Artificial Intelligence pada situs web ini tanpa izin ditulis dari Kantor Berita ANTARA.