berita terbaru

Jusuf Kalla soroti pentingnya ‘rasa percaya’ pada mediasi perdamaian

Ligapedianews.com Ibukota – Wakil Presiden ke-10 kemudian ke-12 Indonesia Jusuf Kalla menyoroti bahwa 'rasa percaya' merupakan salah satu elemen krusial pada keberhasilan proses mediasi untuk menyelesaikan konflik.

Pernyataan mantan perwakilan presiden yang dimaksud akrab di tempat sapa JK tersebut, merujuk pada keberhasilan proses mediasi antara Inisiatif Aceh Merdeka (GAM) serta otoritas Indonesia yang mana mana pada waktu itu dirinya menjadi salah satu inisiator utama di proses mediasi.

“Kepercayaan, cepat, dan juga kebijakan langsung. Kita mampu mewujudkan (perdamaian). Sangat penting itu adalah kepercayaan,” kata Jusuf Kalla ketika menjadi pembicara kunci di seminar bertajuk The Future of Peace Mediation di area Jakarta, Senin.

Jusuf Kalla menyampaikan bahwa Indonesia sudah menghadapi 15 konflik besar sejak merdeka pada 1945.

Konflik besar yang dimaksud JK adalah konflik yang mengakibatkan lebih banyak dari 2.000 orang meninggal dunia. Sebanyak 10 dari 15 konflik besar yang disebutkan terjadi akibat adanya ketimpangan, baik ketimpangan ekonomi, sosial maupun politik.

Konflik dalam Aceh yang mana menjadi konflik besar pada sejarah Indonesia, kata JK, utamanya disebabkan oleh adanya ketimpangan ekonomi lantaran Aceh yang kaya akan minyak bumi serta gas alam bukan dapat menikmati hasilnya.

Mantan duta presiden yang dimaksud menuturkan pada pada waktu itu, pemerintah berjuang untuk bersikap netral pada proses mediasi perdamaian sebab konflik di tempat Aceh merupakan konflik horizontal — konflik antara rakyat dengan pemerintah — yang mana bertujuan untuk memerdekakan Aceh dari Republik Indonesia.

“Dan itulah sebabnya saya sama-sama pemerintah benar-benar netral. Saya menyatakan saya juga akan bersikap netral sekarang. Mari kita selesaikan konflik nasional antara Aceh serta pemerintah. Sekarang kita mulai belajar, apabila ingin belajar, sebaiknya mulai dulu dari sejarahnya — siapa pemimpinnya ketika itu,” tutur Jusuf Kalla.

Kendati demikian, lanjut JK, terdapat ketidakpercayaan pada proses mediasi akibat pada waktu itu ribuan warga Aceh ditangkap oleh polisi yang digunakan menyebabkan tumbuhnya rasa saling curiga.

Tsunami yang melanda Aceh 26 Desember 2004, menjadi titik balik dari proses mediasi dikarenakan dampak dari tsunami tak bisa saja diselesaikan tanpa adanya perdamaian. Oleh akibat itu, JK mengajukan permohonan presiden pada waktu itu yakni Susilo Bambang Yudhoyono agar memberinya waktu enam hingga tujuh bulan untuk melakukan negosiasi.

JK dengan persetujuan Presiden SBY, menunjuk Presiden Finlandia pada waktu itu, Martti Ahtisaari sebagai mediator proses perdamaian. Kendati demikian, JK mengaku bahwa dirinya lupa untuk memberikan surat penunjukan resmi Ahtisaari sebagai mediator dikarenakan berada dalam menghadapi persoalan tsunami.

Namun, dikarenakan adanya rasa saling percaya antara keduanya, Ahtisaari masih melanjutkan perannya sebagai mediator yang dilaksanakan di area Helsinki, Finlandia.

“Presiden Ahtisaari sangat tangguh pada mempertemukan kedua belah pihak, saya memintanya untuk bersikap sangat netral. Dan dia melakukannya. Inilah mengapa saya pikir ini adalah sebuah kesuksesan, mengapa Presiden Ahtisaari berhasil menjadi mediator,” kata dia.

Adapun konflik antara GAM juga pemerintah Indonesia berlangsung sejak 1976 hingga 2005 serta menelan lebih tinggi dari 15.000 korban jiwa.

Konflik yang dimaksud berakhir usai melakukan beberapa negosiasi yang bermuara pada ditandatanganinya Perjanjian Helsinksi pada Agustus 2005.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Kecerdasan Buatan di area situs web ini tanpa izin ditulis dari Kantor Berita ANTARA.

Related Articles