Blog

Ragam jenis plot twist untuk menghasilkan cerita semakin menarik

Ligapedia.news Ibukota – Dalam dunia cerita, tak ada yang tersebut lebih lanjut menarik perhatian daripada kejutan yang dimaksud datang tanpa diduga. Plot twist, atau pembaharuan alur secara tiba-tiba, menjadi salah satu elemen yang digunakan mampu mengguncang emosi penonton atau pembaca pada sekejap.

Bukan sekadar mengejutkan, plot twist yang baik dapat mengubah cara kita memandang seluruh cerita, menyebabkan kita menelaah kembali setiap petunjuk yang digunakan sempat terlewat.

Menariknya, plot twist hadir di berbagai bentuk serta fungsi yang unik. Lantas, apa hanya jenis-jenis plot twist yang mana banyak digunakan pada dunia cerita?

Mari kenali berbagai jenis plot twist berikut ini. Memahami masing-masing jenisnya akan membantu Anda memperdalam wawasan tentang cara memulai pembangunan cerita yang menarik juga penuh kejutan, berdasarkan informasi dari berbagai sumber.

Jenis-jenis plot twist

Dalam dunia fiksi, ada beberapa orang jenis plot twist yang mana kerap dimanfaatkan untuk memperkaya cerita. Masing-masing miliki ciri khas kemudian dampak tersendiri terhadap alur yang dimaksud disusun. Berikut ini beberapa tipe plot twist yang paling kerap dijumpai:

1. Anagnorisis (penyadaran atau penemuan kebenaran)

Anagnorisis terjadi ketika tokoh utama mendadak menyadari fakta penting baik tentang dirinya sendiri maupun orang lain. Pengungkapan ini biasanya menjadi titik balik di cerita serta mempengaruhi langkah dan juga langkah karakter ke depan.

Salah satu contoh terkenal ada di drama klasik "Oedipus Rex", di area mana Oedipus akhirnya mengetahui bahwa dirinya secara tak sadar telah dilakukan membunuh ayah kandungnya dan juga menikahi ibunya.

2. Peripeteia (perubahan nasib secara drastis)

Jenis twist ini menandai titik pembaharuan besar di nasib tokoh utama, bisa saja dari keberuntungan menjadi malapetaka atau sebaliknya. Plot twist ini sangat efektif untuk merancang ketegangan emosional.

Misalnya di film "The Sixth Sense", tokoh utama yang tersebut bekerja sebagai psikolog anak akhirnya menyadari bahwa dirinya telah meninggal sejak awal cerita sebuah pembalikan yang tersebut mengubah cara pandang penonton terhadap seluruh kisah.

3. Deus ex machina

Istilah ini mengacu pada penyelesaian konflik secara tanpa peringatan melalui kemunculan unsur eksternal yang sebelumnya tidak ada dikenalkan di cerita. Meski bisa jadi memberi efek mengejutkan, twist semacam ini kerap dikritik akibat terasa tidak ada masuk akal atau terlalu memudahkan alur.

Contohnya dapat ditemukan di cerita-cerita fiksi ilmiah, ketika teknologi yang mana belum pernah disebut sebelumnya secara tiba-tiba hadir untuk menyelesaikan permasalahan besar secara instan.

4. Chekhov's gun

Konsep ini berangkat dari prinsip bahwa setiap elemen yang digunakan disisipkan pada cerita harus miliki peran penting. Dalam konteks twist, rutin kali detail kecil yang tersebut tampak sepele justru mempunyai dampak besar di tempat akhir cerita.

Contohnya bisa jadi dilihat di “The Usual Suspects”, di tempat mana hal-hal yang semula tampak biasa ternyata menjadi kunci utama dari pengungkapan klimaks.

5. Unreliable narrator (narator bukan dapat dipercaya)

Jenis twist ini menghasilkan pembaca merasa terkecoh, akibat narator yang dimaksud menyampaikan cerita ternyata tak jujur atau miliki pandangan yang keliru. Twist ini mengubah cara kita memahami seluruh alur. Dalam film “Fight Club”, misalnya, penonton baru menyadari bahwa dua tokoh utama sebenarnya adalah satu orang yang digunakan sama.

6. Red herring

Ini adalah teknik menipu pembaca atau penonton dengan menyajikan petunjuk palsu. Tujuannya agar dia salah mengira atau menyimpulkan sesuatu yang digunakan ternyata keliru.

Teknik ini kerap digunakan pada genre detektif atau misteri, seperti di “And Then There Were None” karya Agatha Christie, di tempat mana arah cerita sengaja dibuat menyesatkan.

7. Discovery (penemuan mengejutkan)

Dalam jenis twist ini, protagonis mendapati kenyataan yang mana mengguncang juga identik sekali bukan disangka. Biasanya, penonton diarahkan untuk mengambil bagian menyetujui sudut pandang sang karakter utama hingga tanpa peringatan dihadapkan pada fakta baru yang digunakan membelokkan alur cerita. Teknik ini mempermainkan ekspektasi serta menggiring emosi audiens.

Related Articles