
Ligapedianews.com DKI Jakarta – DKI Ibukota menduduki sikap pertama sebagai kota besar paling berpolusi dalam dunia pada Hari Sabtu (9/8) pagi, berdasarkan data situs pemantau kualitas udara Organisasi Pemantau Kualitas Udara pada pukul 05.50 WIB.
Indeks Standard Udara Bebas (AQI) di area Ibukota Indonesia berada pada bilangan bulat 168 atau masuk di kategori tidaklah sehat dengan polusi udara PM2.5 serta nilai konsentrasi 80 mikrogram per meter kubik.
Angka yang dimaksud menunjukkan tingkat kualitas udara di dalam ibu kota berada pada kategori tidaklah sehat bagi kelompok sensitif, yakni dapat merugikan manusia maupun kelompok hewan yang dimaksud sensitif dan juga dapat mengakibatkan kehancuran pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Pada kategori sedang, kualitas udara tidaklah berpengaruh terhadap kondisi tubuh manusia maupun hewan, tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang dimaksud sensitif serta nilai estetika dengan rentang Partikel Mikro sebesar 51-100.
Kemudian kategori baik, yakni tingkat kualitas udara tiada memberikan efek bagi kebugaran manusia maupun hewan serta bukan berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang Partikel Mikro sebesar 0-50.
Selanjutnya, kategori sangat tak sehat, yakni dengan rentang Partikel Mikro sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kemampuan fisik pada beberapa segmen populasi yang mana terpapar. Terakhir, kategori berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat menyebabkan dampak kebugaran yang tersebut serius terhadap seluruh populasi.
Kota dengan kualitas udara terburuk urutan kedua, yaitu Kinshasa, Kongo-Kinshasa dengan bilangan bulat 166, urutan ketiga Kampala, Uganda pada bilangan 137, urutan keempat Manama, Bahrain dengan nomor 132, dan juga urutan kelima Pusat Kota Batam, Indonesia pada hitungan 124.
Terkait kondisi udara tersebut, penduduk diimbau agar menghindari aktivitas di tempat luar ruangan. Namun jikalau harus berada di tempat luar ruangan, gunakanlah masker, kemudian tutup jendela untuk menghindari udara luar yang mana kotor.
Sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Ibukota Asep Kuswanto menyebutkan pada waktu ini terdapat 111 Stasiun Pengamat Tingkat Udara Bebas (SPKU) di dalam Jakarta.
Data dari SPKU yang disebutkan dapat diakses rakyat melalui laman resmi milik Pemprov DKI Ibukota Indonesia yang dilengkapi fitur-fitur unggulan, seperti peta lokasi SPKU secara geospasial, pemeringkatan kualitas udara dari yang dimaksud terbaik hingga terburuk, dan juga langkah-langkah yang mana perlu diambil ketika kualitas udara memburuk.
"Saya mengimbau warga DKI Jakarta untuk mengakses sistem resmi oleh sebab itu fitur-fitur yang mana tersedia sudah ada terstandarisasi, lengkap, dan juga mudah dipahami. Dengan data yang digunakan valid dan juga akurat, jaringan ini bisa saja menjadi panduan utama penduduk di mengambil kebijakan ketika beraktivitas pada luar ruangan," kata Asep di area Jakarta, Mulai Pekan (21/7).
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk Kecerdasan Buatan pada situs web ini tanpa izin tercatat dari Kantor Berita ANTARA.