berita terbaru

BTN terbuka pengambilalihan bank syariah lainnya pasca-ambil alih BVIS

Ligapedianews.com Kami membuka diri untuk mengonsolidasikan beberapa unit perniagaan syariah (UUS) yang memang sebenarnya dipaksa untuk di-spin off,

Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menyatakan terbuka untuk mengakuisisi atau mengonsolidasikan bank syariah lain guna digabungkan ke pada BTN Syariah pasca spin-off menjadi BUS, usai pembelian PT Bank Victoria Syariah (BVIS).

“Kami membuka diri untuk mengonsolidasikan beberapa unit bisnis syariah (UUS) yang dimaksud memang benar dipaksa untuk di-spin off,” kata Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu di area Jakarta, Kamis.

Nixon mengungkapkan, hal ini pernah dibahas sama-sama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta BTN menyatakan terbuka untuk mengonsolidasikan bank syariah lainnya yang telah lama diwajibkan spin-off oleh regulator.

Namun, ia tetap memperlihatkan menekankan pentingnya due diligence terlebih dahulu apabila terdapat bank syariah yang tersebut tertarik untuk bergabung dengan BTN Syariah.

“Kalau harga jual cocok, ‘barang’ bagus, pasti kita eksekusi. Ada beberapa nama, tapi nanti tunggu semua proses ini selesai dulu (spin off BTN Syariah), baru kita melangkah ke sana,” ujar Nixon.

Sebagai informasi, UUS yang dimaksud memenuhi persyaratan untuk melakukan spin-off yaitu UUS yang mana telah dilakukan mencapai 50 persen dari total aset bank umum konvensional (BUK) induknya dan/atau total aset UUS paling sedikit Rp50 triliun. Hal ini sesuai Peraturan OJK (POJK) Nomor 12 Tahun 2023 tentang UUS.

Ketika ditanya media apakah Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah terlibat pada spin-off BTN Syariah, Nixon menyatakan bahwa hingga ketika ini pihaknya belum menerima kejelasan dari organisasi Islam yang dimaksud walaupun konferensi telah lama berlangsung sebanyak dua kali. Sebelumnya, BTN dikabarkan melirik Muhammadiyah untuk masuk sebagai pemegang saham BTN Syariah.

“Setelah itu (pertemuan dua kali), kelihatannya tidak ada ada pembicaraan lagi. Saya merasa mungkin saja dia tiada tertarik, kelihatannya tak tertarik di area sini, atau ada pemikiran lain, saya tidaklah tahu. Tapi tidak ada apa-apa, kan memang sebenarnya kemarin niat kita ingin memperbesar ekosistemnya, dari sisi kita,” kata Nixon.

Meski begitu, Nixon menyatakan bahwa kerja sebanding industri dengan Muhammadiyah tetap memperlihatkan berjalan. Ia juga menyatakan bahwa BTN tetap memperlihatkan membuka diri apabila terdapat lembaga-lembaga Islam yang tersebut berminat untuk bergabung dengan BTN Syariah.

“Untuk berbisnis dengan Muhammadiyah tetap saja jalan, tidak ada ada isu. Cuma kerja sebanding di tempat equity saja yang dimaksud kelihatannya sampai hari ini belum terjadi,” kata dia.

Ketika ditanya apakah bank syariah umum (BUS) baru nantinya berencana untuk menyelenggarakan Initial Public Offering (IPO), Nixon menyampaikan bahwa sampai ketika ini belum ada kajian tentang hal yang dimaksud dan juga bergantung pada pemegang saham yaitu pemerintah melalui Danantara.

Ia menambahkan, perhitungan permintaan permodalan BUS baru juga akan dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk IPO. Yang pasti, ujar Nixon, perseroan akan menjaga bank syariah ini meningkat lebih banyak tinggi dari induknya.

“Syariah ini (BTN Syariah) bisa jadi meningkat 18 persen (lebih besar dari BTN sebagai induk). Jadi nanti kita akan lihat keinginan permodalannya 2-3 tahun ke depan. Kalau hari ini, kita janji keinginan modalnya tetap memperlihatkan kita cukupkan dari kita. Jadi tidaklah akan IPO setidaknya sampai 2-3 tahun ke depan,” kata dia.

Adapun pada Kamis (5/6), BTN telah terjadi resmi mengambil alih saham PT Bank Victoria Syariah (BVIS) dengan nilai kegiatan sekitar Rp1,5 triliun.

Perseroan juga berencana menambahkan modal terhadap BTN Syariah melalui right issue dengan nilai sekitar Rp1 triliun pada September 2025, atau sekitar sebulan sebelum spin-off.

Nixon mengatakan, right issue ini diadakan sebagai bagian dari penguatan modal BTN Syariah agar memenuhi ketentuan sebagai bank KBMI II dengan modal minimal yang digunakan dipersyaratkan regulator yakni Rp6 triliun. Di samping itu, catat Nixon, BTN Syariah juga mempunyai modal awal sekitar Rp3,5 triliun hingga Rp4 triliun.

“Jadi ada Rp1,5 triliun, ditambah Rp3,5-4 triliun. Kalau digabung telah ada Rp5 triliunan. Satu lagi, kita akan tambahkan right issue-nya itu. Nanti kurang lebih lanjut Rp1 triliun lagi. Jadi total Rp6 triliun,” kata Nixon.

BTN berusaha mencapai proses spin-off BTN Syariah selesai pada Oktober atau November 2025 agar dapat berdiri sendiri sebagai BUS juga menggabungkannya dengan Bank Victoria Syariah.

Pada akhir tahun ini, diharapkan lahir BUS baru yang digunakan masuk di kategori Grup Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) II.

Per akhir Maret 2025, berdasarkan laporan keuangan BTN, total aset BTN Syariah tercatat senilai Rp61,19 triliun.

Related Articles