
Ligapedia.news . PT AXA Insurance Indonesia menilai perlunya subsidi premi untuk mengembangkan komoditas asuransi pertanian, khususnya asuransi parametrik.
Head of Retail Claim, Product Proposition, and Green Business PT AXA Insurance Indonesia Rudy Laoh tak memungkiri bahwa barang asuransi pertanian, khususnya asuransi parametrik mempunyai tarif yang mana tidak ada diskon bagi para petani.
Oleh dikarenakan itu, diperlukan kerja serupa dengan berbagai pihak termasuk pemerintah hingga Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), untuk mencari jalan mengundurkan diri dari lalu salah satunya melalui subsidi premi.
“Kami memerlukan pemangku jabatan akibat para petani memerlukan subsidi premi untuk asuransi pertanian. Sebab, asuransi parametrik tiada murah. Jadi, tanpa adanya subsidi premi, akan sulit bagi para petani untuk membeli polis asuransi,” katanya untuk Kontan, hari terakhir pekan (4/4).
Rudy berpendapat dengan adanya kebijakan subsidi premi, tentu bisa jadi menimbulkan proyek asuransi pertanian menjadi sustainable atau berkelanjutan.
“Berdasarkan pengalaman kami, petani baru mau memakai asuransi kalau ada subsidi,” tuturnya.
Sementara itu, Rudy mengungkapkan prospek asuransi pertanian cukup besar ke depannya dikarenakan Indonesia merupakan negara agrikultur. Dalam hal proyek asuransi pertanian, tentu AXA Insurance Indonesia akan terlibat berkolaborasi dengan AAUI lalu pemerintah.
Rudy menambahkan pihaknya siap untuk menyediakan produk-produk terkait asuransi pertanian. Hanya saja, yang dimaksud menjadi pekerjaan rumah pada waktu ini adalah mengembangkan mekanisme yang mana pas agar barang yang dimaksud bisa jadi terserap oleh para petani.
“Jadi, tinggal usernya semata (petani). Itu yang tersebut kami tunggu kabar mekanismenya,” katanya.
Adapun AXA Insurance Indonesia sudah menyediakan produk-produk asuransi pertanian sejak 2018. Untuk asuransi parametrik, Rudy mengungkapkan item yang dimaksud sudah pernah dikembangkan pihaknya melalui pilot project pada 2 wilayah, yaitu Karawang juga Sulawesi Selatan. Sampai akhir 2024, beliau bilang asuransi parametrik mencatat pendapatan premi sekitar Rupiah 1 miliar.
Sebelumnya, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) resmi meluncurkan Peta Jalan Pembangunan Asuransi Pertanian 2025–2030. Ketua Umum AAUI Budi Herawan mengungkapkan kepentingan paling utama sektor berkeinginan masuk ke di sistem ekologi asuransi pertanian, yaitu untuk mencari kesempatan atau terobosan baru.
Dia juga tak memungkiri bahwa prospek dari asuransi pertanian begitu besar. Hal itu didorong demografi Indonesia yang luas kemudian selama ini Indonesia masih belum mengalami swasembada pangan kembali.
“Oleh akibat itu, untuk menuju swasembada pangan kemudian ketahanan pangan nasional itu harus didukung salah satunya mitigasi risiko melalui proteksi asuransi,” katanya ketika ditemui di tempat kawasan Ibukota Indonesia Pusat, Mulai Pekan (24/3).
Lebih lanjut, Budi menerangkan sektor asuransi umum berencana mengimplementasikan asuransi pertanian sepenuhnya pada Semester II-2025. Adapun dasar skema asuransi pertanian yang mana akan diimplementasikan adalah asuransi parametrik.