K-Pop

Psikolog Ungkap 4 Permasalahan Sepele yang digunakan Bisa Hancurkan Pernikahan

Daftar Isi
  • 1. Nada kata-kata atau sikap
  • 2. Hubungan keluarga
  • 3. Pekerjaan rumah tangga
  • 4. Gaya komunikasi

Jakarta – Pertengkaran pada hubungan tidak terus-menerus persoalan hambatan besar. Banyak pasangan justru berpisah lantaran hal kecil yang mana dibiarkan menumpuk dan juga tak pernah diselesaikan dengan cara yang tersebut sehat.

Psikolog selama Amerika Serikat, Mark Travers, menjelaskan ada empat penggerak paling umum pasangan bertengkar yang tersebut banyak berulang lalu sanggup membuat jarak emosional bahkan perceraian.

Masalah-masalah itu walau tampak sepele, bisa jadi berprogres menjadi tanda kurangnya penghargaan kemudian empati jikalau bukan segera dibicarakan dengan tenang.

1. Nada pernyataan atau sikap

Nada atau sikap masam atau pernyataan yang dimaksud sedikit meninggi, komentar sarkastik, eye-rolling atau memutar mata ke berada dalam perbincangan disebut alasan paling umum pasangan bertengkar. Bagi penduduk yang dimaksud menunjukkannya, hal itu kemungkinan besar bukanlah kesulitan besar. Namun, bagi pasangan yang digunakan bukan menerimanya, hal itu menandakan penghinaan lalu merasa tidaklah dihargai.

Dalam penelitian pernikahan, penghinaan merupakan salah satu penyebab perceraian yang tersebut paling lazim. Tidak seperti kritik terbuka atau menangguhkan diri (menutup diri secara emosional), penghinaan menyamarkan dirinya dengan pergerakan non-verbal serta bahasa tubuh.

Cara mengatasinya: tahan keinginan untuk membalas. Sebab hal yang dimaksud tiada akan pernah berhasil, jadi cobalah sebutkan efeknya sebagai gantinya. Selain itu, berikan kesempatan untuk pasangan untuk mengoreksi arah pembicaraan, lalu bukan serta-merta memperburuk keadaan.

2. Hubungan keluarga

Perdebatan tentang hubungan keluarga kerap kali mencerminkan ketidakselarasan mendasar dan juga permintaan yang mana bukan terpenuhi. Salah satu pasangan mungkin saja merasa tidak ada didukung atau dikesampingkan, teristimewa jikalau pasangannya tampaknya lebih lanjut suka membela pihak keluarga mereka.

Dalam situasi yang tersebut melibatkan anak-anak, pertengkaran biasanya berujung pada bentrokan nilai dalam mana per individu pasangan merasa keyakinan inti mereka sebagai pendatang tua diabaikan.

Tidak ada pasangan yang tersebut benar atau salah pada hal ini. Bahkan, mereka kemungkinan besar mencari hal yang identik persis yakni seseorang yang digunakan ada di pihak mereka.

Cara mengatasinya: Cara yang tersebut baik untuk memulai adalah meyakinkan satu sebanding lain. Misalnya: “Aku sayang keluargaku, tapi kamu kekal pasanganku.”

Kemudian bicarakan batasan-batasan Anda sebagai sebuah kelompok pada keluarga. Apa yang mana harus dijalankan pada saat melintasi batas, atau bagaimana menunjukkan solidaritas di depan pemukim lain (bahkan saat Anda tidak ada setuju secara pribadi).

3. Pekerjaan rumah tangga

Orang-orang kerap berasumsi pertengkaran tentang pekerjaan rumah tangga adalah tentang pekerjaan rumah tangga itu sendiri. Contoh, piring-piring yang dimaksud menumpuk pada tempat cuci piring, cucian baju yang dimaksud banyak, sampah yang tidaklah pernah dibuang.

Masalah sebenarnya adalah distribusi pekerjaan yang tersebut tidak ada merata. Menurut penelitian, salah satu pasangan di suatu hubungan biasanya memikul sebagian besar pekerjaan rumah tangga.

Beban tak kasat mata ini sebagian besar tak diakui, dan juga kurangnya pengakuan itu biasanya merupakan awal dari pertengkaran.

Cara mengatasinya: Dinamika ini rutin kali dapat diubah jikalau beban disebutkan dengan lantang. Berikanlah pasangan Anda pengakuan yang mana selama ini merekan butuhkan. Katakan pada pasangan Anda: “Aku tak menyadari betapa berbagai yang mana kamu kerjakan, terima kasih.”

Dari sana, bekerja samalah untuk membagi ulang tugas dengan cara yang tersebut terasa berkelanjutan. Keadilan tak akan terlihat seperti pembagian 50/50 setiap hari, tetapi seharusnya terasa seperti sesuatu yang tersebut Anda berdua lakukan.

4. Gaya komunikasi

Ini adalah salah satu argumen yang tersebut paling sulit untuk diatasi. Dalam banyak kasus, pada ketika pasangan berdebat tentang cara merek berbicara satu sejenis lain, permasalahan awalnya telah tidak ada dapat dijelaskan.

Misalnya, salah satu pasangan kesal dengan pembagian tugas yang tersebut tidak ada adil, atau mereka itu frustrasi dengan cara mertua memperlakukan mereka. Namun, sewaktu hambatan ini diutarakan, hambatan ini dapat dengan cepat bermetamorfosis menjadi kacau jikalau gaya komunikasinya buruk.

Jika percakapan ditanggapi dengan sikap defensif, kritik atau penolakan, pertengkaran akan mengalihkan fokus dari kesulitan awal. Sebaliknya, itu akan berubah jadi kesulitan seberapa buruk percakapan itu berlangsung.

Cara mengatasinya: Salah satu strategi simpel yang mana digunakan pasangan yang tersebut sukses adalah aturan lima detik dengan sebuah frasa atau sinyal. Misal, “Kita sedang di masalah, mari kita istirahat dulu.”

Hal yang disebutkan memberikan jeda yang tersebut sangat dibutuhkan, tanpa efek negatif dari kemarahan. Saat Anda kembali ke percakapan, cobalah untuk saling mengenali sebelum terus mengungkapkan keluhan Anda.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC] Next Article 13 Penyebab Utama Perceraian Menurut Studi, No.1 Bukan Selingkuh

Related Articles