Ligapedianews.com Patrick Kluivert, mantan pemain legendaris Belanda, mencuat sebagai salah satu kandidat pembimbing Timnas Indonesia setelahnya PSSI memutuskan mengakhiri kerja sebanding dengan Shin Tae-yong. Di sedang pro dan juga kontra mengenai rekam jejak kepelatihannya, satu kelebihan Kluivert yang digunakan menonjol adalah kemampuannya pada mengomunikasikan menggunakan bahasa Belanda, yang tersebut secara budaya dekat dengan beberapa pemain Indonesia.
Sebagai pembimbing dengan syarat Belanda, Kluivert dianggap memiliki nilai tambah tersendiri apabila resmi ditunjuk sebagai ahli kepala Timnas Indonesia. Banyak pemain timnas yang mana mempunyai hubungan erat dengan Belanda, baik lantaran berkarier pada kompetisi Belanda, miliki darah keturunan Indonesia-Belanda, maupun pernah dilatih instruktur Belanda pada masa lalu.
Pemain-pemain seperti Marc Klok, Ivar Jenner, kemudian Rafael Struick, yang dimaksud memiliki keterkaitan dengan Belanda, diprediksi akan lebih besar mudah memahami arahan Kluivert. Komunikasi yang tersebut lancar antara pembimbing lalu pemain rutin menjadi faktor penting pada mendirikan kekompakan tim.
“Patrick Kluivert bisa jadi menjadi sosok yang digunakan mampu menjembatani komunikasi dengan peserta muda berbakat di dalam Indonesia, khususnya merekan yang mana memiliki latar belakang Belanda,” ujar salah satu pengamat sepak bola nasional.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyampaikan bahwa langkah mengganti instruktur kepala bertujuan untuk menyebabkan Timnas Indonesia lebih tinggi baik pada hal strategi, komunikasi, lalu implementasi program.
“Kita perlu pemimpin yang dimaksud tambahan baik di menerapkan strategi terhadap pemain, komunikasi yang efektif, juga implementasi acara yang lebih tinggi terarah,” ungkap Erick pada konferensi pers pada Hari Senin (6/1/2025).
Keputusan untuk mempertimbangkan Kluivert sebagai kandidat pembimbing kepala diyakini akibat ia dapat memenuhi beberapa kriteria tersebut, khususnya pada hal komunikasi.
Tantangan Besar Menanti
Meski memiliki kelebihan di aspek bahasa lalu budaya, Patrick Kluivert masih menghadapi tantangan besar jikalau ditunjuk sebagai ahli Timnas Indonesia. Pengalamannya sebagai pembimbing kepala terbilang minim, dengan belaka tiga kali menjadi pemimpin tim, yakni Jong Twente, Timnas Curacao, lalu Adana Demirspor. Masa jabatannya di dalam Adana Demirspor bahkan belaka bertahan kurang dari enam bulan akibat hasil buruk.
Namun, rekam jejak Kluivert sebagai pemain tidak ada dapat dianggap remeh. Ia pernah meraih peringkat Turnamen Champions bersatu Ajax Amsterdam (1994/1995) kemudian La Kompetisi dengan Barcelona (1998/1999). Pengalamannya bermain di dalam level tertinggi Eropa diharapkan mampu menginspirasi para pemain Indonesia.
Jika Kluivert resmi ditunjuk, ia diharapkan tidaklah hanya saja menyebabkan strategi baru, tetapi juga menjadikan komunikasi yang digunakan baik sebagai fondasi tim. Publik sepak bola Indonesia menaruh harapan besar agar ia dapat memanfaatkan kelebihannya pada merancang Timnas Indonesia yang digunakan lebih besar solid, kompak, lalu mampu bersaing dalam level internasional.