berita terbaru

Benarkah kemunculan oarfish pertanda tsunami?

Ligapedianews.com Ibukota –

Ikan oarfish (Regalecus glesne) kerap dikaitkan dengan kemunculan bencana alam, khususnya gempa bumi juga tsunami. Dalam beberapa budaya, teristimewa pada Jepang, kemunculan ikan laut pada ini diyakini sebagai pertanda akan terjadinya gempa besar atau tsunami.

Ikan oarfish, banyak dianggap sebagai pertanda bencana gempa bumi lalu tsunami oleh berbagai rakyat dunia. Mereka meyakini kemunculan oarfish adalah peringatan tegas akan datangnya bencana. Namun, benarkah ada hubungan ilmiah antara oarfish serta bencana alam? Simak penjelasannya berikut ini:

Tidak ada bukti ilmiah hubungan oarfish dengan bencana tsunami

Menurut Forbes, cerita rakyat Negeri Sakura menyatakan bahwa kemunculan oarfish menandakan akan terjadi gempa bumi besar. Namun, penelitian terhadap laporan surat kabar kemudian catatan dari 1928 oleh ilmuwan Negeri Matahari Terbit tak menemukan hubungan antara penampakan oarfish juga gempa bumi.

Seismolog Yoshiaki Orihara menyatakan, "Sulit untuk memverifikasi hubungan antara kedua fenomena tersebut," pada sebuah makalah terbaru dalam Bulletin of the Seismological Society of America.

Studi menunjukkan bahwa anggapan bahwa oarfish dapat mengingatkan datangnya gempa bumi dan juga tsunami lebih banyak bersifat mitos daripada fakta ilmiah. Isu ini kembali mencuat pasca Negeri Sakura mengalami bencana alam pada 2011.

Dalam cerita rakyat Jepang, hewan berperan penting di asal-usul gempa bumi, di area mana ikan lele raksasa (Namazu) dipercaya sebagai penyebabnya. Konon, Namazu bersembunyi pada bawah daratan Negeri Sakura serta menggoyangkan ekornya, yang dimaksud memicu gempa bumi pada lautan Jepang.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa mitos Namazu berasal dari pengamatan perilaku ikan lele yang mana aneh sebelum gempa bumi. Namun, ahli cerita rakyat mencatat bahwa sejarah mitos ini tambahan kompleks.

Namazu dianggap sebagai yo-kai, makhluk mitologi yang mana menghadirkan kemalangan. Meskipun penggambaran Namazu telah ada sejak abad ke-15, ikan lele baru dikaitkan dengan bencana alam pada akhir abad ke-18.

Sebelumnya, beberapa ilmuwan berupaya menjelaskan legenda yang dimaksud dengan menyatakan bahwa pergerakan lempeng tektonik dapat menciptakan arus elektromagnetik yang dimaksud menggerakkan oarfish lalu ikan laut pada lainnya, seperti dealfish dan juga ribbonfish, ke perairan dangkal.

Ikan oarfish raksasa dapat meningkat hingga 11 meter, biasanya hidup pada kedalaman sekitar 200 meter di area Samudra Pasifik Utara dan juga Samudra Hindia, dan juga diyakini bermigrasi ke Laut Jepun melalui Arus Tsushima.

Melansir dari Forbes, menurut para ilmuan Jepang, dia menyatakan bahwa oarfish tidaklah dapat memprediksi gempa bumi. Mereka meneliti laporan dari akuarium kemudian jurnal akademis tentang penampakan oarfish juga spesies laut pada lainnya, juga memeriksa surat kabar lokal sejak tahun 1928.

Para ilmuan Negeri Sakura mencatatkan 336 penampakan ikan laut di di area Negeri Matahari Terbit antara November 1928 lalu Maret 2011. Namun, bukan ada satu pun penampakan yang mana terjadi pada waktu 30 hari pasca gempa bumi berkekuatan 7,0 atau lebih.

Selain itu, mereka itu juga tiada menemukan laporan tentang gempa berkekuatan 6,0 atau lebih tinggi yang mana terjadi pada 10 hari pasca penampakan ikan tersebut.

Meskipun legenda tentang oarfish menarik, bukan ada bukti ilmiah yang digunakan mengupayakan bahwa ikan ini dapat digunakan sebagai sistem peringatan serius gempa bumi. Para ilmuwan terus menyelidiki penampakan oarfish di dalam perairan dangkal, teristimewa sebab ikan ini rutin muncul di kelompok atau gelombang.

Studi tahun 2018 menemukan korelasi antara penampakan oarfish juga tahun-tahun El-Nino, ketika suhu air di dalam Samudra Pasifik ekuator sangat lebih banyak hangat. El-Nino mempengaruhi suhu laut secara berbeda antara permukaan lalu kedalaman, memproduksi kedalaman tempat tinggal oarfish lebih banyak dingin.

Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa suhu yang dimaksud lebih besar dingin di tempat kedalaman mungkin saja mengupayakan oarfish untuk berenang ke perairan dangkal demi mencari plankton.

Pejabat di area Akuarium Uozu menduga bahwa suhu air laut atau pembaharuan di biosfer laut pada dapat menjadi penyulut meningkatnya penampakan oarfish pada pantai Jepun pada awal 2019. Namun, tanpa pemahaman lebih lanjut lanjut tentang perilaku serta ekologi oarfish juga ekosistemnya, sulit untuk memberikan jawaban yang tersebut lebih banyak rinci.

Related Articles